Selasa, 14 Januari 2014

Persiapan Pasien pada Pemeriksaan dengan Bahan Kontras



Hal-hal yang berkaitan dengan pemeriksaan radiografi dengan menggunakan bahan kontras atau dikenal dengan pemeriksaan radiografi khusus antara lain meliputi :
  1. Persiapan pasien khusus
  2. Persiapan Alat
  3. Perawatan pasien
Beberapa jenis pemeriksaan radiografi dengan bahan kontras memerlukan persiapan pasien khusus untuk memvisualisasikan gambaran organ didaerah abdomen, misalnya pemeriksaan tractus urinarius, tractus digestivus, angiografi abdominalis, dan sebagainya. Persiapan pasien mencakup prosedur yang harus dilakukan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan radiografi. Persiapan tersebut biasanya dilakukan antara 48 jam, 36 jam atau 24 jam sebelum pemeriksaan. Umumnya persiapan pasien ini memerlukan pemberian obat pencahar, kecuali pada kondisi pasien tertentu yakni bila pasien mengalami resiko pendarahan atau obstruksi.
Bila pasien dirawat , penjelasan tentang persiapan pasien menjadi tanggung jawab perawat ruangan, tetapi untuk pasien berobat jalan, penjelasan terhadap pasien tersebut menjadi tanggung jawab radiographer.
Yang dimaksud dengan persiapan Alat mencakup persiapan alat-alat dan bahan yang diperlukan untuk pemeriksaan dengan bahan kontras, selain pesawat Rontgen dan asesoriesnya. Misalnya untuk pemeriksaan salah satu tractus termasuk menyiapkan bahan kontras yang akan digunakan, juga obat-obat yang diperlukan bila terjadi sesuatu hal pada pasien.
Sedangkan perawatan pasien dimaksudkan sebagai tindakan yang harus dilakukan sebelum dan selama pemeriksaan berlangsung, misalnya pasien mengalami schok saat dilakukan pemeriksaan.

1. Persiapan Pasien
Pemeriksaan bahan kontras di daerah abdomen, memerlukan persiapan pasien dengan menggunakan obat pencahar (purgatives/laxatif).
Sebelum membahas tentang persiapan pasien, perlu diketahui tipe-tipe obat pencahar yang dapat digunakan untuk persiapan pasien sebelum pemeriksaan radiografi dengan bahan kontras dan efek samping yang ditimbulkannya.
Adapun tipe-tipe purgatives adalah sebagai berikut:
  1. Irritant purgatives
  2. Lubricant purgatives
  3. Bulk purgatives
a. Kelompok irritant purgatives, contohnya Bisacodyl (“Dulcolax”) akan menyebabkan gerak peristaltik menjadi lebih kuat dan terjadi kontraksi pada usus terutama pada colon, bila obat pencahar ini mengenai membrane mucosa usus. Ada yang berbentuk tablet untuk diminum, dan capsul untuk digunakan melalui anus (suppositoria). Biasanya diberikan 2 tablet ( 10 mg) malam sebelum pemeriksaan, dan satu capsul supposituria pagi harinya. Contoh lain adalah Senna dan cascara. Rentang dosisnya 14 – 28 mg untuk senna, dan 130 – 260 mg untuk cascara. Jenis ini memberi rangsangan terhadap syaraf-syaraf otonom muscularis dari usus (Auerbach’s plexus). Jenis lain yang bentuknya cair adalah Castrol oil, dosisnya 5 – 15 ml. Di dalam colon obat pencahar ini memproduksi minyak bersifat asam dan menimbulkan efek penyerapan air di dalam colon akan terhambat, sehingga volume cairan di dalam colon akan meningkat. Efek lain yaitu mendorong gerak peristaltik dan menghancurkan faeses sehingga mudah dikeluarkan. Jenis ini tidak boleh diberikan kepada pasien dengan indikasi terjadi inflamasi appendix karena bisa terjadi abscess atau obstruksi usus.
b. Kelompok lubricant purgatives, contohnya “ Normax” mengandung diotylsodium sulphosuccinate, bentuknya liquid paraffin, diberikan dengan dosis 15 – 30 ml. Jenis ini akan melunakkan faeses, sehingga mudah unuk defekasi. Perlu diketahui bahwa kelompok ini tidak boleh diberikan kepada pasien yang sedang mengkonsumsi obat anti-coagulant untuk pengobatan penyakit system vascular.
c. Kelompok Bulk purgatives, contohnya Celevac, Isogel, Normacol X, satu sampai tiga jam setelah diminum akan mendorong gerak peristaltik usus yang kuat dan menambah volume colon, sehingga menimbulkan keinginan defekasi.
Efek samping dari penggunaan obat pencahar :
Efek samping yang ditimbulkan akibat penggunaan obat pencahar, ada beberapa macam dan bervariasi dan kadang-kadang bisa fatal. Bila obat pencahar ini digunakan secara regular dengan jumlah yang banyak dan tanpa resep dokter, serta waktu yang lama, maka orang tersebut akan mengalami defisiensi elektrolit dan kehilangan protein dalam tubuhnya. Hal tersebut tidak berkaitan langsung dengan tugas radiographer, tetapi ada baiknya untuk diingat, ketika kita memberikan instruksi kepada pasien dalam hal menggunakan obat pencahar sebagai persiapan pemeriksaan radiografi dengan bahan kontras.
Ketika menggunakan obat pencahar, biasanya bagian perut bawah akan terasa tidak nyaman, timbul udara di dalam perut dan colic. Tidak dapat dielakkan pasien akan mengalami sakit, spasme dan diare. Oleh sebab itu bayi dan anak di bawah 12 tahun tidak diberikan obat pencahar per oral untuk persiapan pemeriksaan radiografi, sedangkan anak yang umurnya di atas 12 bulan bisa diberikan suppositoria.
Penggunaan Enema
Mengosongkan colon dari faeses dapat juga dengan cara enema. Untuk tujuan tersebut, bisa digunakan sabun dan air, glycerin, dan minyak zaitun sebagai enemata.
Dewasa ini enemata yang terdiri dari larutan sodium phosfat dalam jumlah kecil, dianggap efektif. Namun demikian untuk pemeriksaan radiografi khususnya pemeriksaan colon, penggunaan enemata tidak dianjurkan, karena biasanya colon kurang bersih. Sisa cairan dan udara akan tertinggal, yang akan mengaburkan gambaran radiografi. Untuk mengurangi terbentuknya udara di dalam colon, pasien diharuskan menghindari makan sayuran berwarna hijau, cereal dan roti, sehari sebelum pemeriksaan.
1) Persiapan pasien untuk pemeriksaan barium meal (per oral)
a) Pasien harus puasa ( tanpa makan dan minum) paling sedikit lima jam sebelum pemeriksaan.
b) Pasien dianjurkan untuk menghentikan minum obat, dikhawatirkan dapat menimbulkan gambaran radioopak , kecuali obat-obat yang esensial seperti digitalis atau steroid dan obat-obat kontrasepsi.
c) Premedikasi biasanya diberikan bagi pasien untuk pemeriksaan lambung, misalnya buscopan.
2) Persiapan pasien untuk pemeriksaan usus halus (follow through) per oral
a) Pasien makan makanan lunak dua hari sebelum pemeriksaan.
b) Pasien dianjurkan untuk menghentikan minum obat, dikhawatirkan dapat menimbulkan gambaran radioopak, kecuali obat-obat yang esensial seperti digitalis atau steroid dan obat-obat kontrasepsi.
c) Minum obat pencahar pada jam 7 malam, setelah itu puasa sampai pemeriksaan radiografi dilakukan.
d) Pasien tidak boleh merokok dan mengurangi bicara.
e) Premedikasi metaclopromide biasanya diberikan bagi pasien untuk pemeriksaan usus halus, misalnya maxolon per oral yang berbentuk tablet atau sirup sebanyak 20 ml 30 menit sebelum pemeriksaan. Cara lain adalah disuntikkan intravena dengan dosis 2 ml 10 menit sebelum pemeriksaan atau intramuscular 15 menit sebelum pemeriksaan , fungsinya sebagai accelerator ( mempercepat ) laju bahan kontras. Untuk pasien anak kecil tidak diberikan .
3) Persiapan pasien untuk pemeriksaan barium enema untuk usus halus
a)   Pasien makan makanan lunak dua hari sebelum pemeriksaan.
b) Pasien dianjurkan untuk menghentikan minum obat, dikhawatirkan dapat menimbulkan gambaran radioopak , kecuali obat-obat yang esensial seperti digitalis atau steroid dan obat-obat kontrasepsi.
c) Minum obat pencahar pada jam 7.00 malam, setelah itu puasa sampai pemeriksaan radiografi dilakukan. Minum trakhir dibolehkan jam 11.00 malam
d) Pasien tidak boleh merokok dan harus mengurangi bicara.
e) Premedikasi basanya diberikan glucagon atau buscopan , untuk memperlemah gerak peristaltik.
4) Persiapan pasien untuk pemeriksaan barium enema untuk usus besar (colon)
a) Pasien makan makanan lunak dua hari sebelum pemeriksaan.
b) Pasien dianjurkan untuk menghentikan minum obat, dikhawatirkan dapat menimbulkan gambaran radioopak, kecuali obat-obat yang esensial seperti digitalis atau steroid dan obat-obat kontrasepsi.
c) Minum obat pencahar pada jam 7.00 malam, setelah itu puasa sampai pemeriksaan radiografi dilakukan.Boleh minum samapai jam 11. 00 malam
d) Pasien tidak boleh merokok dan harus mengurangi bicara.
e) Premedikasi biasanya diberikan glucagon atau buscopan, untuk memperlemah gerak peristaltik.
f) Untuk pasien dirawat biasanya dilakukan klisma.
5) Persiapan pasien untuk pemeriksaan tractus Urinarius
a) Persiapan pasien untuk pemeriksaan traktus urinarius sama dengan persipan pasien untuk pemeriksaan barium enema, tetapi pasien tidak boleh minum selama dia puasa. Hal ini tujuannya agar terjadi konsentrasi yang baik dari kontras media di dalam pelvis renalis, sehingga didapatkan gambaran radiografi yang lebih tajam.
b) Miksi sebelum pemeriksaan
c) Tidak perlu premedikasi.
2. Persiapan Alat
Persiapan Alat untuk setiap pemeriksaan akan berbeda satu sama lain, seperti yang akan diuraikan di bawah ini :
a. Persiapan Alat untuk pemeriksaan barium meal
1) Barium yang sudah dicampur dengan air, sesuai denga jenis pemeriksaan, misalnya untuk pemeriksaan Oesofagus, perbandingan antara bubuk barium sulfat dengan air 1 : 1, untuk maag duodenum : 1 : 4. Bila menggunakan bahan kontras dalam bentuk suspensi, disiapkan di dalam gelas sesuai volume yang diperlukan.
2) Tissue paper, dalam boks
3) Tempat membuang muntahan (bengkok)
4) Sedotan untuk minum
5) Sendok makan
6) Lap katun, untuk membersihkan bahan kontras yang tumpah.
b. Persiapan Alat untuk pemeriksaan barium enema
1) Larutan barium sulfat dengan kepekatan 1 : 8 dan temperature 37 derajat Celsius, sebanyak 2 liter
2) Rectal kateter
3) Irigator set . Dewasa ini sering digunakan Disposible bariumenema kits yang terdiri dari:
a) enema bag, biasanya dari bahan translusen dengan kapasitas 3 liter.
b) Dekat bagian atas kantong enema, terdapat lubang untuk menambah larutan barium.
c) Kateter yang panjangnya 1,5 meter serta clip, untuk mengatur laju bahan kontras saat dilakukan pemeriksaan dalam berbagai posisi.
d) Rectal kateter.
4) Glycerin
5) Kayu pengaduk barium ( bila menggunakan irrigator set)
6) Receiver (ember)
7) Kain laken ( penutup meja pemeriksaan )
c. Persiapan Alat untuk pemeriksaan traktus urinarius
1) Untuk pemeriksaan BNO-IVP
a) Pada bagian atas trolley (steril) :
(a) Spuit 20 cc dan 50 cc
(b) Jarum no 1 dan no 2
(c) Neerbecken (Bengkok ) untuk meletakkan spuit dan jarum
(d) Satu buah canule
(e) Sepasang dissecting forceps
(f) Handuk kecil atau haas
(g) Kapas alcohol
b) Bagian bawah trolley ( unsteril)
(a) Ampoule kontras media
(b) Gergaji ampoule
(c) Sphygnomanometer atau tourniquet
(d) Botol skin cleanser, misalnya Hibitane 0,5 %
(e) Sand bag atau bantal kecil untuk penyangga lengan pasien saat disuntik.
(f) Obat-obat emergensi, misalnya anti alergi.
2) Untuk pemeriksaan Cystourethrografi
a) Knutson’s clamp dan canul untukl pasien laki-laki. Kalau tidak tersedia alat ini bisa menggunakan kateter balon.
b) Spuit 50 cc
c) Xylocaine antiseptic gel 2 %
d) Bahan kontras

3. Perawatan pasien
a. Untuk pemeriksaan tractus digestivus
Efek samping dari penggunaan barium sulfat, adalah constivasi, untuyk mengatasinya pasien diberikan lactulose (sistetis disacharida) 50 %, misalnya “duphulac” dalam kemasan sirup, dengan dosis 5 – 10 ml , tiga kali sehari .
b. Untuk pemeriksaan tractus Urinarius
1) Sebelum dilakukan penyuntikan kontras media intravena, lakukan tes untuk mengetahui apakah pasien alergi terhadap kontras media. Bisa dengan skin test atau dengan cara menyuntikkan 2 cckontras media secara intravena, kemudian ditunggu reaksinya.
2) Memantau perkembangan keadaan pasien setelah penyuntikan kontras media. Kemungkinan-kemungkinan reaksi penyuntikan bahan kontras terhadap pasien, adalah sbagai berikut :
a) Batuk- batuk , mual-mual
Reaksi ini disebabkan karena penyuntikan kontras media terlalu cepat. Biasanya pasien merasa panas pada permukaan kulit dan bingung. Mengatasinya dengan memberikan selimut hangat dan bengkok untuk muntahan.
b) Alergi (angioneurotic, bronchospasme)
(a) Keadaan alergi bisa ditandai dengan urticaria, timbul merah-merah dan gatal di seluruh permukaan kulit, diawali di sekitar mata.
(b) Pasien diberikan suntikan intravena corticosteroid misalnya adrenaline
(c) Untuk pasien yang diduga beresiko alergi terhadap bahan kontras, walaupun tes nrgatif, perlu disuntikkan anti- histamine, misalnya Phenergan sebelum disuntikkan bahan kontras.
c) Collaps
Keadaan ini sangat serius , ditandai dengan penurunan tekanan darah yang cepat, pulsa tidak teraba . Dalam kondisi lebih buruk terserang respiratory arrest (pernafasan terhenti) dan cardiac arrest.
Dokter bagian emergensi harus segera menanganinya.

KEPUSTAKAAN
Glenda J. Bryan. Diagnostic Radiography. A concise practical manual. Livingstone :
Longman Group Limited, 1979.

Noreen & Muriel Chesney. Care of the patient in diagnostic radiography. Oxpord
London : Blackwell Scientific Publication, 1988

Philip W. Ballinger. Merrill’s Atlas of Radiographyc Positions and Radiologic
Procedures. Sint Louis : Mosby Company, 1990

Tidak ada komentar:

Posting Komentar